SINTAKSIS
Sintaksis berasal dari bahasa Yunani, yaitu “sun” yang berarti “dengan” dan kata “tattein” yang
berarti
“menempatkan”. Secara
etimologi
sintaksis berarti menempatkan bersama-sama
kata-kata menjadi kelompok kata atau kalimat.
Pembahasan sintaksis meliputi :
A. STRUKTUR SINTAKSIS
Meliputi
tentang
fungsi sintaksis, kategori sintaksis
dan peran
sintaksis.
Menurut
Verhaar (1978) fungsi-fungsi sintaksis itu yang terdiri dari unsur-unsur SPOK itu merupakan
”kotak-kotak
kosong”
atau ”tempat-tempat
kosong”
yang tidak
mempunyai
arti apa-apa karena kekosongannya. Tempat-tempat kosong itu akan diisi
oleh sesuatu yang
berupa
kategori dan memiliki peranan tertentu.
Contoh:
-
Nenek
melirik kakek tadi pagi.
Tempat kosong yang bernama subjek diisi oleh kata ”nenek” yang berkategori ”nomina” yang memiliki peran ”pelaku (agentif). ”Predikat diisi oleh kata ”melirik” yang berkategori ”verba” yang
memiliki
peran ”aktif”.
Objek diisi oleh kata
”kakek” yang berkategori ”nomina” yang
memiliki peran
”sasaran”. Tempat kosong yang bernama
keterangan diisi oleh frase ”tadi pagi” yang
berkategori ”nomina” yang memiliki peran ”waktu”.
Struktur sintaksis menimal harus memiliki fungsi subjek dan predikat. Sedangkan
objek
dan
keterangan boleh tidak muncul.
Konektor adalah alat sintaksis yang biasanya berupa sebuah morfem
atau gabungan
morfem yang
secara
kuantitas merupakan kelas
yang tertutup.
konektor itu bertugas
menghubungkan satu konstituen dengan konstituen lain, baik yang beada diluar kalimat.
Dilihat dari sifat hubungannya koektor ada dua macam :
a. Konektor koordinatif
Adalah konektor yang menghubungkan dua buah konstituen yang sama
kedudukannya atau sederajat. Konjungsi koordinatif seperti dan, atau, , tetapi dalam
bahasa Indonesia adalah konektor koordinatif.
Contoh :
· Nenek ”dan kakek pergi berburu.
· Dia memang galak
tetapi hatinya baik.
b. Konektor subordinatif
Adalah konektor yang menghubungkan dua buah konstituen yang kedudukannya tidak
sederajat.
Maksudnya konstituen yang satu merupakan konstituen atasan dan konstituen
yang lain menjadi konstituen bawahan. Konjungsinya kalau, meskipun dan karena.
Contoh
:
· Kalau diundang, saya tentu akan datang.
· Dia pergi juga meskipun hari hujan.
B. KATA SEBAGAI SATUAN SINTAKSIS
Dalam tatasan morfologi ”kata’ merupakan satuan terbesar (satuan terkecilnya adalah
morfem). Tetapi dalam
tataran
sintaksis ”kata” merupakan
satuan
terkecil, yang
secara hierarkeal menjadi komponen pembentuk satuan sintaksis yang lebih besar, yaitu frase. Dalam
bab
ini
”kata”
hanya
dibicarakan sebagai satuan terkecil
dlam
sintaksis,
yaitu
dalam hubungannya dengan unsur-unsur pembentuk satuan sintaksis yang lebih besar, yaitu frase,
klausa, dan kalimat.
Sebagai
satuan
terkecil dalam
sintaksis,
”kata”
berperan
sebagai pengisi fungsi
sintaksis, sebagai penanda
katerori sintaksis
dan sebagai
perangkai
dalam penyatuan
bagian-bagian dari satuan sintaksis. ”Kata” dibedakan menjadi 2 macam :
1. Kata penuh (fullsord)
Adalah kata yang secara leksikal memiliki makna, mempunyai kemungkinan untuk mengalami
proses
morfologi, merupakan kelas
terbuka, dan
dapat
bersendiri sebagai
sebuah satuan tuturan. Seperti kata ”kucing” di beri prefiks ber-disetai perulangan, dan di
beri surfiks
–an, menjadi ”berkucing-kucingan”.
2. Kata tugas (function word)
Adalah kata yang secara leksikal tidak mempunyai makna, tidak mengalami proses morfologi,
merupakan
kelas tertutup,
dan di dalam
peraturan dia
tidak dapat berdiri
sendiri. Sesuai dengan namanya, yaitu kata tugas, dia selalu terikat dengan kata yang ada dibelakangnya (untuk konjungsi), atau yang ada di depannya (untuk preposisi), dan dengan
kata-kata yang dirangkaikannya (untuk konjungsi).
Contoh :
· Bu Leoni sedang membahas penggunaan preposisi in, on dan at dalam bahasa
Inggris. Maksudnya yang dibahas bu Leoni bukan in, on dan at itu, melainkan preposisi in, preposisi on, dan preposisi at.
C. FRASE
Frase Lazim didefinisikan sebagai satuan gramatikal yang berupa gabungan kata yang bersifat non predikatif, atau lazim juga disebut gabungan kata yang mengisi salah satu fungsi
sintaksis di dalam kalimat. Jadi, hubungan antara kedua unsur yang membentuk frase itu tidak berstruktur “SP” atau “PD”. Maka frase adalah
konstituen pengisi fungsi-fungsi sintaksis,
sehingga salah satu unsur frase itu tidak dapat dipindahkan “sendirian”.
Contoh frase :
Nenek saya sedang membaca
buku humor di kamar tidur
S P O K
1. Jenis-jenis frase.
a. Frase Eksosentrik
Adalah
frase
yang komponen-komponennya
tidak mempunyai prilaku
sintaksis yang
sama dengan
keseluruhan.
Misal : frase “di pasar”,
terdiri dari
komponen “di” &
komponen “pasar”. Secara utuh frase ini dapat mengisi fungsi
keterangan. Frase eksosentrik dibedakan menjadi:
1) Frase eksosentrik yang direktif
Komponen pertamanya berupa preposisi, seperti “di,ke dan dari”
dan komponen
berupa kata/kelompok
kata
yang biasanya
berkategori
nomina.
Contoh :
· di pasar
· dari kayu jati
· demi keamanan
2) Frase eksosentrik yang non direktif
Komponen pertamanya berupa artikulus, seperti “si” dan “sang” atau”yang”,
“para” dan
“kaum”, sedangkan komponen keduanya berupa kata berkategori nomina, adjektiva atau verba
Contoh :
- si miskin
- para remaja masjid b. Frase Endosentrik
Adalah frase
yang salah satu
komponennya
memiliki perilaku
sintaksias
yang sama dengan keseluruhannya.
Contoh :
-
Nenek
sedang membaca komik di kamar.
-
Nenek
membaca komik
di kamar
yang berarti ”membaca” dapat menggantikan frase” sedang membaca”
c. Frase Koordinatif
Adalah frase yang komponen pembentuknya terdiri dari dua komponen atau
lebih yang
sama dan
sederajat dan
secara potensial dapat dihubungkan
oleh konjungsi koordinatif,
baik
yang tunggal (dan,
atau,
tetapi) maupun konjungsi terbagi (baik….baik, makin…makin, baik….maupun….).
Contoh :
-
sehat dan kuat
-
makin terang makin baik.
d. Frase Apositif
Adalah frase yang kedua komponennya saling merujuk sesamanya,
oleh
karena itu urutan komponennya dapat dipartukarkan.
Contoh :
- Pak Ahmad, guru saya, rajin sekali.
2. Perluasan Frase
Dalam Bahasa Indonesia perluasan frase ini tampakny sangat produktif, antara lain
karena adanya faktor :
a. Untuk menyatakan konsep-konsep khusus atau sangat khusus atau sangat khusus sekali biasanya diterangkan secara leksikal.
Contoh :
· kereta
· Kereta api
· Sebuah kereta api ekspres
b.
Bahwa pengungkapan konsep kata, modalitas, aspek, jenis, jumlah, ingkar, dan pembatas
tidak dinyatakan dengan
afiks seperti
dalam bahasa-bahasa fleksi,
melainkan dinyatakan dengan unsur leksikal.
c. Keperluan untuk memberi deskripsi secara terperinci terhadap konsep terutama untuk konsep
nomina, biasanya digunakan konjungsi “yang” untuk penyambung
keterangan-keterangan tambahan.
Contoh :
· Kakak saya meninggal minggu lalu.
· Kakak saya yang bekerja di Jakarta meninggal seminggu yang lalu
D. KLAUSA
Adalah satuan
sintaksis berupa
runtutan kata-kata berkonstruksi predikatif yang
didalam
konstruksi itu
ada komponen berupa kata atau frase yang
berfungsi sebagai predikat,
sebagai subjek yang dikatakan bersifat wajib, sebagai objek
dan
sebagai keterangan.
Contoh :
· Kakek membaca koran tadi pagi.
Contoh dalam kalimat majemuk koordinatif yang terdapat dua buah klausa :
· Nenek membaca komik
· Kakek membaca koran
· Nenek membaca komik sedangkan kakek membaca koran.
Contoh
klausa yang terletak ditengah
kalimat karena disisipkan
sebagai keterangan
tambahan :
· Gadis itu bukan cucu nenek
· Gadis itu duduk di depan
· Gadis yang duduk
di depan itu bukan cucu nenek.
1. Jenis Klausa
Berdasarkan strukturnya :
a. Klausa Bebas
Adalah klausa yang mempunyai unsur-unsur lengkap minimal
mempunyai subjek dan predikat, karena itu mempunyai potensi untuk menjadi
kalimat mayor.
Contoh :
· Nenekku masih cantik
· Kakekku gagah berani
· Nenekku masih cantik dan kakekku gagah berani.
b.
Klausa Terikat
Adalah klausa yang mempunyai struktur yang tidak lengkap. Unsur
yang ada dalam klausa ini mungkin hanya subjek saja, objek saja atau keterangan
saja.
Contoh :
· Konstruksi “ tadi pagi” yang bisa menjadi kalimat jawaban untuk
kalimat tanya “Kapan nenek membaca koran ?”
Berdasarkan kategori unsur segmental yang menjadi predikatnya dibedakan menjadi
a. Klausa Verbal
Adalah klausa yang
predikatnya berkategori
verba. Contoh : nenek
mandi, matahari terbit.
Macam-macam tipe verba :
1) Klausa Transitif
Adalah klausa yang predikatnya berupa verba transitif. Contoh : Kakak menulis surat.
2) Klausa Intrasitif
Adalah
klausa
yang predikatnya
berupa
verba intransitif.
Contoh
: Adik melompat-lompat ibu sedang berdandan.
3) Klausa Refleksif
Adalah klausa
yang predikatnya berupa verba
refleksif. Contoh : Ibu sedang berdandan.
4) Klausa Resiprokal
Adalah
klausa
yang predikatnya
berupa
verba resiprokal. Contoh : mereka bertengkar sejak kemarin
b. Klausa Nominal
Adalah klausa yang predikatnya berupa nomina/frase nominal.
Contoh :
· (Petani) Kakeknya petani di desa itu.
· (dosen linguistik)
Dia dulu dosen linguistik a. Klausa Ajektifal
Adalah klausa yang predikatnya berkategori ajektifa baik berupa kata maupun frase.
Contoh :
· Ibu dosen itu cantik sekali
b. Klausa Adverbial
Adalah klausa yang predikatnya berupa adverbial
Contoh :
· Bandelnya teramat sangat. c. Klausa Preposisional
Adalah klausa yang predikatnya berupa frase yang berkategori preposisi.
Contoh :
· Nenek ada di kamar, dia datang dari Medan dan kakek pergi ke pasar baru
d. Klausa Numeral
Adalah klausa yang predikatnya berupa kata/frase numeralia.
Contoh :
· Gajinya adalah lima juta sebulan, anaknya ada dua belas orang,
dan
taksinya ada delan buah.
E. KALIMAT
Adalah susunan kata-kata yang teratur yang berisi pikiran yang lengkap. Disini dalam kaitannya dengan satuan-satuan sintaksis yang lebih kecil dengan mengikuti konsep, bahwa kalimat adalah satuan
sintaksis yang disusun dari konstituen dasar, yang
biasanya berupa
klausa, dilengkapi dengan konjungsi bila diperlukan serta disertai dengan intonasi final.
1. Jenis Kalimat
Kalimat inti dan kaliman non inti
Kalimat inti disebut juga kalimat dasar, adalah kalimat yang dibentuk dari klausa inti yang lengkap bersifat deklaratif, aktif atau netral dan afirmatif. Dalam bahasa Indonesia paling tidak kalimat inti kita dapati dengan pola sebagai berikut :
· FN + FV
= Nenek datang
· FN + FV
+ FN
= Nenek membaca komik
· FN + FV
+ FN
+ PN = Nenek membacakan kakek komik
· FN + FN = Nenek dokter
· FN + FA = Nenek
cantik
· FN + Fnum = Uangnya dua juta
· FN + FP = Uangnya di dompet
Kalimat inti dapat diubah menjadi kalimat non inti dengan berbagai proses transformasi.
Dengan demikian dapat dibagankan :
Kalimat inti + Proses Transformasi =
Kalimat non inti
a. Kalimat tunggal dan kalimat majemuk
Kalimat tunggal : klausanya hanya satu
Kalimat majemuk : klausa dalam kalimat terdapat lebih dari satu
Macam-macam kalimat majemuk
:
1) Kalimat majemuk koordinatif.
2) Kalimat majemuk subordinatif
3) Kalimat majemuk
kompleks.
b. Kalimat mayor dan kalimat minor
c. Kalimat mayor : klausanya lengkap, minimal mempunyai subjek
dan
predikat
d. Kalimat minor : klausanya tidak
lengkap, hanya terdiri dari S,P,O,K saja.
e. Kalimat verbal dan kalimat non verbal
f. Kalimat bebas dan kalimat terikat.
2. Intonasi Kalimat
Intonasi merupakan ciri utama yang membedakan kalimat dari sebuah klausa.
Jadi
kalau intonasi
dari sebuah
kalimat
ditinggalkan
maka
sisanya adalah klausa.
Ciri-ciri intonasi berupa adanya tekanan, tempo dan nada.
3.
Modus, Aspek, Kala, Modalitas, Fokus dan Diatesis
a.
Modus
Adalah pengungkapan
atau penggambaran suasana psikologis perbuatan
menurut tafsiran si pembicara tentang apa yang diucapkannya.
Macam-macam modus :
1) Modus indikatif atau deklaratif (sikap objektif atau netral)
2) Modus optatif ( harapan atau keinginan ).
3) Modus imperatif ( perintah,larangan ).
4) Modus interogatif (pertanyaan).
5) Modus obligatif (keharusan).
6) Modus desideratif ( keinginan/kemauan ).
7) Modus kondisional (persyaratan).
b.
Aspek
Adalah cara untuk memandang pembentukan waktu secara internal di dalam
suatu situasi, keadaan, kejadian/proses.
Macam-macam aspek :
1) Aspek
Kontinuatif (perbuatan truz
berlangsung).
2) Aspek inseptif (peristiwa baru mulai).
3) Aspek progresif (perbuatan sedang berlangsung).
4) Aspek repetitif (perbuatan terjadi berulan-ulang)
5) Aspek perfektif (perbuatan sudah selesai).
6) Aspek imperfektif (perbuatan berlangsung sebentar).
7) Aspek
sesasif (perbuatan berakhir).
c.
Kala atauTenses
Adalah informasi dalam kalimat yang menyatakan waktu terjadinya perbuatan, kejadian, tindakan atau pengalaman yang disebutkan di dalam predikat.
d. Modalitas
Adalah keterangan dalam
kalimat
yang menyatakan sikap
pembicara
terhadap
hal yang dibicarakan terhadap lawan bicaranya.
Jenis-jenis modalitas :
1) Modalitas intensional (keinginan, harapan, ajakan).
2) Modalitas epistemik (kemungkinan, kepastian).
3) Modalitas deontik (keizinan/keperkenaan)
4) Modalitas dinamik (kemampuan)
e. Fokus
Adalah unsur yang menonjolkan bagian kalimat sehingga perhatian pendengar dan pembaca tertuju pada bagian itu.
f. Diatesis
Adalah gambaran hubungan
antara pelaku
atau peserta
dalam kalimat dengan perbuatan yang dikemukakan dalam kalimat itu.
Macam-macam diatesis :
|
1)
|
Diatesis aktif
|
2)
|
Diatesis pasif
|
|
3)
|
Diatesis refleksif
|
|
4)
|
Diatesis resiprokal
|
|
5)
|
Diatesis kausatif
|
F.
WACANA
Adalah satuan bahasa yang lengkap, sehingga dalam hierarki gramatikal merupakan
satuan gramatikal tertinggi atau terbesar.
1. Jenis Wacana
Berdasarkan sarananya :
a. Wacana lisan
b. Wacana tulisan
Berdasarkan penggunaan bahasanya :
a. Wacana prosa, meliputi :
1) Wacana narasi (menceritakan).
2) Wacana eksposisi (memaparkan).
3) Wacana persuasi (mengajak
atau melarang )
4) Wacana argumentasi (berargumen atau alasan ).
G. CATATAN MENGENAI HIERARKI SATUAN
Dalam pembahasan subbab di atas dapat dilihat bahwa sebuah kata atau frase dengan persyaratan
tertentu dapat menjadi
sebuah kalimat
dengan
urutan hierarki satuan-satuan
linguistik, yaitu : fonem membentuk morfem, morfem membentuk kata, kata membentuk frase,
frase membentuk klausa,
klausa
membentuk
kalimat, akhirnya kalimat akan membentuk
wacana.
DAFTAR PUSTAKA
Sudaryanto. 2012. Modul Matrikulasi: Bagian kedua Menganalisis Bahasa. Klaten: Widiya
Dharma.
Sudaryanto. 1992. Metode Linguistik Ke Arah Memahami Metode Linguistik. Yogyakarta:
Gajah Mada University Press.
Verhaar, J.W.M. 1978. Asas-Asas Linguistik Umum. Yogyakarta:
Gajah Mada University Press.
No comments:
Post a Comment